Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
"Jika kau merasa
bahwa segala di sekitarmu gelap, tidakkah kau curiga bahwa dirimulah yang
dikirim Allah untuk jadi cahaya bagi mereka?" (salim A. Fillah)
Tersentak saat aku membaca tulisan tersebut. Sungguh membuat
tertawa jika membayangkan seseorang sepertiku mejadi seorang pendakwah. Menjadi
cahaya katanya? Namun aku teringat akan ucapan Umar bin Khattab yang mengatakan
bahwa, “Orang yang mempunyai masa lalu
buruk, belum tentu buruk di masa depan. Bisa jadi ia akan menjadi orang paling
baik.” Benar juga. Kita harus move on. Dan mungkin atas dasar itulah yang
telah memotivasiku untuk terjun di dunia aktivis Islam. Mungkin..
Tetapi saudaraku, sebenarnya menjadi da’i tidak harus
seseorang yang sangat alim dan bersih tanpa dosa. Kita juga bisa. Asal kalian
tau saudaraku, Allah berpesan dalam firmannya bahwa, “Sampaikanlah firmanKu, walau hanya satu ayat.” Disini menunjukan
bahwa memberikan ilmu tentang agama atau mengingatkan akan kebenaran merupakan
hal yang wajib walaupun itu hanya satu ayat atau kalimat. Saat kita mengetahui
sesuatu, dan sesuatu tersebut benar adanya maka sebarkanlah. Jangan biarkan
saudaramu bodoh akan suatu ilmu. Dan sebelum kalian menyampaikannya, terlebih
dahulu kalian telah melakukan hal tersebut atau setidaknya kalian telah berniat
untuk melakukannya. Insha’allah..
Menjadi da’i juga tidak harus ia yang memberikan ceramah di
mimbar. Perilaku dan keteladanan seorang da’i
yang ikhlas akan mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar daripada tulisan dan
ceramah.
Lalu
yang terpenting dalam berdakwah dan yang menjadi kunci keberhasilan dakwah
adalah perasaan kasih sayang dan cinta. Ya. ”Barang
siapa memandang saudaranya dengan kasih sayang niscaya Allah akan mengampuni
dosa-dosanya.” Yang dimaksud oleh hadits itu adalah pandangan yang
ditujukan pada hati dan mengajak orang lain berbicara dengan lemah lembut.
Jadi,
ajaklah saudaramu yang masih belum memahami Islam dengan perasaan kasih sayang
dan cinta. Niscaya hati mereka akan tersentuh dan dengan ikhlas serta bahagia
menerima ajakanmu. Untuk menciptakan perasaan kasih sayang dan cinta dapat dimulai
dengan salam, jabat tangan dan berwajah ceria atau tersenyum ketika bertemu.
Lalu,
mengapa kita harus repot-repot mengajak orang lain ke jalan kebenaran selain
dari firman Allah? Itu karena.. aku, kamu, dan kita semua adalah saudara, yang
dipersaudarakan oleh iman kepada Allah. Masha’allah. Bukan teman ataupun
sahabat. Ikatan ini merupakan ikatan yang lebih dalam dan lebih dekat dari
pertalian darah. Kadar iman seorang mukmin diukur dengan seberapa kuat pertautan hatinya
dengan saudara mukmin lain, hubungan cinta dengan mukmin lainnya karena Ilahi,
hingga saudaranya dapat merasakan cinta yang begitu kuat hingga terasalah aman
dari gangguan, sejuk akhlaknya, bermanfaat harta dan jiwanya.
Untuk
lebih memantapkan hati kita dalam berdakwah dan menjalin ukhuwah yang baik
contohlah Rasulullah. Karena Rasul-lah sebaik-baik manusia. Dari nasab
keturunan beliau, masa kecil dan masa remajanya, risalah-risalah yang beliau
sampaikan setelah diangkat menjadi Rasul, peristiwa peperangan dengan kaum
kafir, beliau sebagai pemimpin negara, sebagai kepala pasukan, bahkan sebagai
suami, dan bapak dari anak-anak beliau, dan Rassulullah s.a.w. sebagai rahmatan
lil alamin. Masha’allah..
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”(Al Ahzab 33:21)
Sungguh..
perjuangan Rasulullah dalam mengemban tugasnya sangatlah berat. Akan tetapi
beliau selalu tabah dan sabar menerima berbagai cobaan, cacian dan penderitaan.
Sehingga sekarang kita dapat menikmati kedamaian Islam. Maka dari itulah kita
wajib menjaga agama Islam ini.
"yakinlah ada sesuatu yg menantimu selepas banyak kesabaran (yg kau
jalani), yg akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa
sakit"
(Ali bin Abi Tholib)
(Ali bin Abi Tholib)
Dalam
diri Rasulullah, dalam dakwah, dalam ukhuwah dan dalam segala hal lain,
sejatinya hanya ada cinta, cinta dan cinta. Semoga persaudaraan (ukhuwah) ini
dirahmati Allah dan Allah menjadikan persaudaraan ini : sebening prasangka,
sepeka nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji. Aamiin.
Sekian.
Semoga bermanfaat. Kesempurnaan milik Allah dan kekurangan milikku. Syukron. Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber : Bagaimana Menyentuh Hati, Dalam Dekapan Ukhuwah,
Sirah Nabawiyyah.