Kamis, 28 Juli 2016

Dakwah, Ukhuwah dan Rasulullah: Disini Hanya Ada Cinta, Cinta dan Cinta.




Bismillahirrahminarrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
"Jika kau merasa bahwa segala di sekitarmu gelap, tidakkah kau curiga bahwa dirimulah yang dikirim Allah untuk jadi cahaya bagi mereka?" (salim A. Fillah)  
Tersentak saat aku membaca tulisan tersebut. Sungguh membuat tertawa jika membayangkan seseorang sepertiku mejadi seorang pendakwah. Menjadi cahaya katanya? Namun aku teringat akan ucapan Umar bin Khattab yang mengatakan bahwa, “Orang yang mempunyai masa lalu buruk, belum tentu buruk di masa depan. Bisa jadi ia akan menjadi orang paling baik.” Benar juga. Kita harus move on. Dan mungkin atas dasar itulah yang telah memotivasiku untuk terjun di dunia aktivis Islam. Mungkin..
Tetapi saudaraku, sebenarnya menjadi da’i tidak harus seseorang yang sangat alim dan bersih tanpa dosa. Kita juga bisa. Asal kalian tau saudaraku, Allah berpesan dalam firmannya bahwa, “Sampaikanlah firmanKu, walau hanya satu ayat.” Disini menunjukan bahwa memberikan ilmu tentang agama atau mengingatkan akan kebenaran merupakan hal yang wajib walaupun itu hanya satu ayat atau kalimat. Saat kita mengetahui sesuatu, dan sesuatu tersebut benar adanya maka sebarkanlah. Jangan biarkan saudaramu bodoh akan suatu ilmu. Dan sebelum kalian menyampaikannya, terlebih dahulu kalian telah melakukan hal tersebut atau setidaknya kalian telah berniat untuk melakukannya. Insha’allah..
Menjadi da’i juga tidak harus ia yang memberikan ceramah di mimbar. Perilaku dan keteladanan seorang da’i yang ikhlas akan mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar daripada tulisan dan ceramah.
Lalu yang terpenting dalam berdakwah dan yang menjadi kunci keberhasilan dakwah adalah perasaan kasih sayang dan cinta. Ya. ”Barang siapa memandang saudaranya dengan kasih sayang niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya.” Yang dimaksud oleh hadits itu adalah pandangan yang ditujukan pada hati dan mengajak orang lain berbicara dengan lemah lembut.
Jadi, ajaklah saudaramu yang masih belum memahami Islam dengan perasaan kasih sayang dan cinta. Niscaya hati mereka akan tersentuh dan dengan ikhlas serta bahagia menerima ajakanmu. Untuk menciptakan perasaan kasih sayang dan cinta dapat dimulai dengan salam, jabat tangan dan berwajah ceria atau tersenyum ketika bertemu.
Lalu, mengapa kita harus repot-repot mengajak orang lain ke jalan kebenaran selain dari firman Allah? Itu karena.. aku, kamu, dan kita semua adalah saudara, yang dipersaudarakan oleh iman kepada Allah. Masha’allah. Bukan teman ataupun sahabat. Ikatan ini merupakan ikatan yang lebih dalam dan lebih dekat dari pertalian darah. Kadar iman seorang mukmin diukur dengan seberapa kuat pertautan hatinya dengan saudara mukmin lain, hubungan cinta dengan mukmin lainnya karena Ilahi, hingga saudaranya dapat merasakan cinta yang begitu kuat hingga terasalah aman dari gangguan, sejuk akhlaknya, bermanfaat harta dan jiwanya.
Untuk lebih memantapkan hati kita dalam berdakwah dan menjalin ukhuwah yang baik contohlah Rasulullah. Karena Rasul-lah sebaik-baik manusia. Dari nasab keturunan beliau, masa kecil dan masa remajanya, risalah-risalah yang beliau sampaikan setelah diangkat menjadi Rasul, peristiwa peperangan dengan kaum kafir, beliau sebagai pemimpin negara, sebagai kepala pasukan, bahkan sebagai suami, dan bapak dari anak-anak beliau, dan Rassulullah s.a.w. sebagai rahmatan lil alamin. Masha’allah..
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Al Ahzab 33:21)
Sungguh.. perjuangan Rasulullah dalam mengemban tugasnya sangatlah berat. Akan tetapi beliau selalu tabah dan sabar menerima berbagai cobaan, cacian dan penderitaan. Sehingga sekarang kita dapat menikmati kedamaian Islam. Maka dari itulah kita wajib menjaga agama Islam ini.
"yakinlah ada sesuatu yg menantimu selepas banyak kesabaran (yg kau jalani), yg akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit"
(Ali bin Abi Tholib)
Dalam diri Rasulullah, dalam dakwah, dalam ukhuwah dan dalam segala hal lain, sejatinya hanya ada cinta, cinta dan cinta. Semoga persaudaraan (ukhuwah) ini dirahmati Allah dan Allah menjadikan persaudaraan ini : sebening prasangka, sepeka nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji. Aamiin.
Sekian. Semoga bermanfaat. Kesempurnaan milik Allah dan kekurangan milikku. Syukron. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumber : Bagaimana Menyentuh Hati, Dalam Dekapan Ukhuwah, Sirah Nabawiyyah.